Pendidikan politik merupakan proses dialog antara pendidik, seperti sekolah, pemerintah, partai politik dan peserta didik dalam rangka pemahaman, penghayatan dan pengamatan nilai, norma dan symbol politik yang dianggap ideal dan baik.
Melalui kegiatan kursus latihan kepemimpinan, diskusi dan keikutsertaan dalam berbagai forum pertemuan, partai politik dalam sistem politik demokrasi dapat melaksanakan fungsi pendidikan politik.
Media massa yang terbuka dan kritis juga sangat penting dalam memberikan pendidikan politik kepada masyarakat. Melalui kritik-kritik mereka yang tajam dan konstruktif, masyarakat dapat memahami dari sisi lain mengenai kebijakan yang diambil oleh pemerintah.
Menurut Rusadi Kantaprawira (2004:55). Pendidikan politik yaitu untuk meningkatkan pengetahuan rakyat agar mereka dapat berpartisipasi secara maksimal dalam sistem politiknya.
Sesuai paham kedaulatan rakyat atau demokrasi, rakyat harus mampu menjalankan tugas partisipasi.
Menurut Surono sebagaimana dikutip Ramdlang Naning (1982:8). Pendidikan politik adalah usaha untuk masyarakat politik, dalam arti mencerdaskan kehidupan politik rakyat, menigkatkan kesadaran warga terhadap kepekaan dan kesadaran hak,kewajiban dan tanggung jawab terhadap bangsa dan negara.
Pendidikan politik menjadi faktor penting dalam meningkatkan kualitas partisipasi pemilih muda dalam pemilu. Pendidikan politik dapat menambah pengetahuan tentang perkembangan dinamika politik.
Oleh karena itu, program pendidikan politik bagi pemilih muda sangat penting dan mendesak karena motivasinya untuk mempersiapkan masa depan bangsa dan negara serta menjamin pemilu dapat terlaksana dengan baik dan melegitimasi hasil pemilu untuk memerintah pemerintahan.
Untuk meningkatkan efektivitas program pendidikan politik, perlu diterapkan cara dan metode baru, serta materi dan kurikulum yang sesuai dengan sifat, kebutuhan, kepentingan, kepentingan dan tingkat pengalaman serta pemahaman politik. Dan dengan mempraktikkan pendidikan politik, pemilih muda diharapkan menjadi pemilih yang cerdas, kritis, dan bertanggung jawab.
Oleh karena itu, sangat penting untuk meningkatkan pendidikan politik yang baik, khususnya bagi pemilih muda. Sumber daya dan intensitas pendidikan politik yang tersedia bagi masyarakat menentukan kesadaran pemilih muda untuk memilih dengan benar.
Sarana pendidikan politik adalah keluarga, sekolah, lingkungan, pekerjaan, media dan kontak politik langsung. Setiap orang dalam kelompok berusaha menyesuaikan pendapatnya dengan pendapat teman-temannya, mungkin karena dia ingin menjadi seperti mereka.
Dengan demikian, suatu kelompok sosial mensosialisasikan anggotanya dengan cara mendorong atau mendorong mereka agar mengikuti sikap atau perilaku yang dianut oleh kelompok tersebut.
Seseorang mungkin tertarik pada politik atau mengikuti peristiwa politik karena temannya tertarik. Seorang anak lulusan sekolah menengah memutuskan untuk melanjutkan ke perguruan tinggi karena teman-temannya melakukannya.
Dalam hal ini tindakan anak mengubah minat dan perilakunya sesuai kelompoknya agar tetap diterima oleh anggota kelompok. Selain memberi informasi tentang peristiwa politik, media juga secara langsung maupun tidak langsung menyampaikan nilai-nilai dasar masyarakat, beberapa simbol disampaikan dalam konteks emosional, sehingga sistem media yang terkendali merupakan alat yang ampuh untuk membentuk keyakinan politik.
Secara umum dengan semua pandangan dan beberapa analisa diatas tentu dapat disimpulkan bahwa pendidikan politik belum terlalu berjalan dengan baik sesuai dengan fungsi sebagai sosialisasi politk.
Aspek ini tentunya juga dipengaruhi oleh kecenderungan pemahaman dan kepedulian anak muda yang masih minim. Beberapa penilitian terdahulu secara akademik juga menambahkan bahwa kenyataan kebanyakan pemilih muda bersikap acu tak acuh walaupun mereka tetap ikut berpartisipasi dalam proses pemilihan umum beberapa tahun sebelumnya.
Sehingga para pemilih muda tentu hanya bersifat konvensional dalam mengikuti pesta demokrasi. Apalagi bentuk partisipasi berbentuk pemberian suara walau bukan karena atas dasar pertimbangan yang matang terhadap pilihan yang dilakukan, hanya sekedar meramaikan atau bahkan ikut arus saja.
Peran keluarga dan lingkungan sekitar justru lebih mampu mempengaruhi tindakan serta pengetahuan tentang politik mereka. Pendidikan politik yang lemah menyebabkan para pemilih muda hanya sekedar ikut-ikutan dan dengan mudah dan rentah dimobilisasi oleh kelompok-kelompok tertentu.
Inilah alasan utama mengapa pendidikan politik menjadi perhatian serius dan perlu ada tindakan lebih detail dari Negara terutama KPU untuk merealisasikan semua kesadaran tersebut.
Sumber : TIMES Indonesia