Home » Begini Sejarah Indonesia Boikot Israel, Semua Berawal Dari Konsistensi Presiden Soekarno Ini
Asia Defence Indonesia Israel News Politics

Begini Sejarah Indonesia Boikot Israel, Semua Berawal Dari Konsistensi Presiden Soekarno Ini




Indonesia adalah salah satu negara yang tidak mengakui kemerdekaan Israel dan tidak menjalin hubungan diplomatik dengan negara tersebut.

Sikap ini sudah berlangsung sejak zaman Presiden Soekarno, yang dikenal sebagai tokoh anti-kolonialisme dan anti-imperialisme.

Lalu, apa alasan Soekarno menolak Israel?

Soekarno adalah presiden pertama Indonesia yang memimpin perjuangan kemerdekaan melawan penjajahan Belanda dan Jepang.

Ia juga merupakan salah satu inisiator Konferensi Asia Afrika pada tahun 1955, yang menjadi cikal bakal Gerakan Non-Blok.

Soekarno memiliki semangat tinggi untuk membela bangsa-bangsa yang tertindas dan mengalami penjajahan di dunia, termasuk Palestina.

Soekarno tidak pernah mau mengakui berdirinya Israel pada tahun 14 Mei 1948, yang diproklamasikan oleh David Ben Gurion.

Ia menganggap Israel sebagai penjajah Palestina yang didukung oleh kekuatan Barat, terutama Amerika Serikat.

Ia juga melihat Israel sebagai ancaman bagi perdamaian dan stabilitas di Timur Tengah.

Soekarno menunjukkan sikap tegas dan konsisten dalam menolak segala bentuk hubungan dengan Israel.

Berikut adalah beberapa contoh aksi Soekarno dalam mendukung perjuangan Palestina dan menentang Israel:

Pada tahun 1949, ketika Indonesia mendapatkan pengakuan kemerdekaan dari negara-negara lain, termasuk Israel, Soekarno tidak memperdulikan ucapan selamat dari Menteri Luar Negeri Israel saat itu, Moshe Sharett.

Ia juga tidak menawarkan hubungan diplomatik dengan Israel dan menunda misi Israel yang ingin menjalin hubungan dengan Indonesia.

Pada tahun 1955, ketika Indonesia menjadi tuan rumah Konferensi Asia Afrika, Soekarno tidak mengundang Israel untuk berpartisipasi.

Ia menolak saran dari beberapa negara seperti Burma (Myanmar), India, dan Sri Lanka yang ingin melibatkan Israel.

Ia menganggap kehadiran Israel akan menyinggung bangsa-bangsa Arab yang masih berjuang memerdekakan diri dari penjajahan.

Pada tahun 1957, ketika Indonesia berhasil lolos dari babak pertama Kualifikasi Piala Dunia 1958 zona Asia-Afrika, Soekarno melarang Timnas Indonesia untuk bertanding melawan Israel di babak kedua.

Ia berpendapat bahwa bertanding dengan Israel sama saja dengan mengakui negara tersebut.

Akibatnya, Indonesia harus melepaskan kesempatan untuk lolos ke Piala Dunia 1958 di Swedia.

Pada tahun 1962, ketika Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games IV di Jakarta, Soekarno tidak memberikan visa untuk atlet kontingen Israel dan Taiwan.

Ia juga menyampaikan pidato pembukaan yang menyatakan bahwa Indonesia tidak akan pernah mengakui keberadaan Israel selama Palestina masih terjajah.

Pada tahun 1960, ketika Soekarno menyampaikan pidato berapi-api di Sidang Umum PBB di New York, ia mengkritik kebijakan Israel dan Amerika Serikat terhadap Palestina.

Bung Karno menyebut Israel sebagai “negara boneka” yang dibuat oleh Barat untuk menguasai Timur Tengah.

Ia juga mengecam Amerika Serikat sebagai “negara imperialis” yang mendukung penjajahan dan eksploitasi di dunia.

Presiden Soekarno dikenal memiliki sikap anti-kolonialisme dan anti-imperialisme yang menjadi semangat kemerdekaan Indonesia.

Ia tidak mau tunduk kepada kepentingan Barat yang menciptakan Israel sebagai alat untuk menguasai Timur Tengah dan sumber daya alamnya.

Oleh sebab itu supaya tak mengkhianati bangsa-bangsa yang masih berjuang melawan penjajahan di dunia, termasuk Palestina.

Bung Karno juga memiliki rasa solidaritas dan persaudaraan yang tinggi dengan bangsa-bangsa Arab dan Islam.

Dengan menghormati hak-hak rakyat Palestina yang telah mendiami tanah mereka sejak zaman dahulu.

Oleh karena itu Presiden Soekarno tidak mau melihat Palestina terusir dan teraniaya oleh Israel yang didukung oleh kekuatan militer dan politik Barat.

Dengan memiliki visi untuk membangun Indonesia sebagai negara yang berdaulat, mandiri, dan berwibawa di dunia internasional.

Ia tidak mau Indonesia menjadi negara yang tunduk kepada tekanan dan campur tangan dari negara-negara lain, termasuk Israel dan Amerika Serikat.

Karena ingin Indonesia menjadi contoh dan pemimpin bagi bangsa-bangsa Asia-Afrika yang sedang berkembang.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sikap Soekarno terhadap Israel adalah sikap yang berani, tegas, dan konsisten.

Sikap ini menunjukkan komitmen Soekarno untuk menjaga kedaulatan, kemerdekaan, dan kepentingan nasional Indonesia.

Juga menunjukkan dukungan Soekarno untuk perdamaian dan keadilan di dunia, khususnya bagi rakyat Palestina yang tertindas.

Pada tahun 1949, ketika Indonesia mendapatkan pengakuan kemerdekaan dari negara-negara lain, termasuk Israel, Soekarno tidak memperdulikan ucapan selamat dari Menteri Luar Negeri Israel saat itu, Moshe Sharett.

Ia juga tidak menawarkan hubungan diplomatik dengan Israel dan menunda misi Israel yang ingin menjalin hubungan dengan Indonesia.

Pada tahun 1955, ketika Indonesia menjadi tuan rumah Konferensi Asia Afrika, Soekarno tidak mengundang Israel untuk berpartisipasi.

Ia menolak saran dari beberapa negara seperti Burma (Myanmar), India, dan Sri Lanka yang ingin melibatkan Israel.

Ia menganggap kehadiran Israel akan menyinggung bangsa-bangsa Arab yang masih berjuang memerdekakan diri dari penjajahan.

Pada tahun 1957, ketika Indonesia berhasil lolos dari babak pertama Kualifikasi Piala Dunia 1958 zona Asia-Afrika, Soekarno melarang Timnas Indonesia untuk bertanding melawan Israel di babak kedua.

Ia berpendapat bahwa bertanding dengan Israel sama saja dengan mengakui negara tersebut.

Akibatnya, Indonesia harus melepaskan kesempatan untuk lolos ke Piala Dunia 1958 di Swedia.

Pada tahun 1962, ketika Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games IV di Jakarta, Soekarno tidak memberikan visa untuk atlet kontingen Israel dan Taiwan.

Ia juga menyampaikan pidato pembukaan yang menyatakan bahwa Indonesia tidak akan pernah mengakui keberadaan Israel selama Palestina masih terjajah.

Pada tahun 1960, ketika Soekarno menyampaikan pidato berapi-api di Sidang Umum PBB di New York, ia mengkritik kebijakan Israel dan Amerika Serikat terhadap Palestina.


Bung Karno menyebut Israel sebagai “negara boneka” yang dibuat oleh Barat untuk menguasai Timur Tengah.

Ia juga mengecam Amerika Serikat sebagai “negara imperialis” yang mendukung penjajahan dan eksploitasi di dunia.

Presiden Soekarno dikenal memiliki sikap anti-kolonialisme dan anti-imperialisme yang menjadi semangat kemerdekaan Indonesia.

Ia tidak mau tunduk kepada kepentingan Barat yang menciptakan Israel sebagai alat untuk menguasai Timur Tengah dan sumber daya alamnya.

Oleh sebab itu supaya tak mengkhianati bangsa-bangsa yang masih berjuang melawan penjajahan di dunia, termasuk Palestina.

Bung Karno juga memiliki rasa solidaritas dan persaudaraan yang tinggi dengan bangsa-bangsa Arab dan Islam.

Dengan menghormati hak-hak rakyat Palestina yang telah mendiami tanah mereka sejak zaman dahulu.

Oleh karena itu Presiden Soekarno tidak mau melihat Palestina terusir dan teraniaya oleh Israel yang didukung oleh kekuatan militer dan politik Barat.

Dengan memiliki visi untuk membangun Indonesia sebagai negara yang berdaulat, mandiri, dan berwibawa di dunia internasional.

Ia tidak mau Indonesia menjadi negara yang tunduk kepada tekanan dan campur tangan dari negara-negara lain, termasuk Israel dan Amerika Serikat.

Karena ingin Indonesia menjadi contoh dan pemimpin bagi bangsa-bangsa Asia-Afrika yang sedang berkembang.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sikap Soekarno terhadap Israel adalah sikap yang berani, tegas, dan konsisten.

Sikap ini menunjukkan komitmen Soekarno untuk menjaga kedaulatan, kemerdekaan, dan kepentingan nasional Indonesia.

Juga menunjukkan dukungan Soekarno untuk perdamaian dan keadilan di dunia, khususnya bagi rakyat Palestina yang tertindas.

Sumber: Intisari Online

Translate