Home » Pertalite Akan Segera Dihapus? Berikut Kandungan Pertamax 92
Asia Business Economy Global News Indonesia News

Pertalite Akan Segera Dihapus? Berikut Kandungan Pertamax 92

TEMPO.COJakarta – Kepolisian baru-baru ini mengungkap kasus penipuan bahan bakar minyak (BBM) di sejumlah SPBU di Jakarta dan sekitarnya dengan modus mengoplos Pertalite dengan air dan mengubah warna pertalite menjadi Pertamax.

“BBM yang tercampur air dikuras saja tangkinya,” kata Tri Yuswidjajanto Zaenuri, dosen Institut Teknologi Bandung (ITB), dari Kelompok Keahlian Konversi Energi, Sabtu, 30 Maret 2024.

Proses pengurasan BBM teroplos air juga harus dilakukan secara hati-hati dan ditampung di tempat yang aman. Meskipun tercampur air, menurut Tri, BBM itu masih bisa terbakar jika terkena api. Pengurasan bisa dilakukan sendiri oleh pemilik kendaraan khususnya sepeda motor.

Sementara pada mobil yang agak susah pengurasannya secara mandiri, dia menyarankan untuk dibawa ke bengkel. “Kalau kendaraan nggak ada yang rusak, hanya mesin mati saja,” ujarnya. Menurut Tri, dampak BBM yang tercampur air akan menghentikan segera mesin kendaraan begitu dipakai. Adapun kadar air dalam BBM bisa diketahui polisi dari pemeriksaan sampel di laboratorium.

Pada kasus penipuan BBM dengan mengubah warnanya, kata Tri, selama ini tidak ada keluhan dampaknya pada kendaraan konsumen selama beberapa tahun. “Berarti nggak ada yang rusak kendaraan yang diisi Pertamax palsu itu,” ujarnya.

Kerugian konsumen, menurutnya, lebih pada selisih harga, yang seharusnya mendapat Pertamax tapi malah diisi Pertalite. Pengelola SPBU mengubah warna Pertalite yang hijau menjadi biru seperti Pertamax.

Bahan pewarna yang dipakai, menurut Tri, sepertinya cocok untuk mendukung penipuan. Alasannya selama sekitar dua tahun tidak ada keluhan konsumen pada kendaraannya. “Kalau pewarnanya sembarangan bisa jadi pengotor di bahan bakar sehingga menyumbat filter,” ujarnya. Tri mempertanyakan soal pemeriksaan kualitas BBM di SPBU termasuk takarannya oleh pihak terkait. “Kok nggak ketahuan.”

Pada jenis mobil Low-Cost Green Car (LCGC) dengan tulisan di kaca belakang Ron 92, status kendaraannya bisa berubah dari semula pemakai pertamax menjadi pertalite. Kemungkinan juga kendaraan menjadi lebih boros, sehingga tingkat emisinya tinggi sehingga tidak lagi ramah lingkungan.

“Kalau pengemudinya sensitif mungkin bisa merasakan tarikan kendaraan menjadi berat,” kata Tri. Adapun jika konsumen ingin menuntut ganti rugi, misalnya, soal selisih harga pembelian, maka paling tidak perlu disiapkan struk atau kuitansi bukti pembeliannya di SPBU tersebut. 

Sumber: tempo.co

Translate