Indikator Politik Indonesia merilis hasil survei terbaru yang menunjukkan bahwa hanya 22,0 persen publik yang mengetahui kasus dugaan korupsi dalam proyek pengadaan Base Transceiver Station (BTS) 4G yang melibatkan eks sekretaris jenderal Partai Nasdem, Johnny G Plate. Sementara itu, sebesar 78,0 persen responden mengaku tidak mengetahui kasus tersebut.
Dalam survei tersebut, 50,4 persen responden menyatakan bahwa kasus yang menjerat Johnny G Plate adalah murni persoalan hukum, sementara 36,3 persen publik menyatakan bahwa kasus tersebut memiliki muatan politik.
“Dalam survei kami, 36,3 persen responden menganggap bahwa isu korupsi BTS yang melibatkan Menkominfo memiliki muatan politik yang signifikan. Selisih ini tidak terlalu besar dibandingkan dengan mereka yang menyatakan kasus tersebut murni persoalan hukum,” ujar Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi dalam rilis daringnya.
Selisih yang tidak terlalu jauh tersebut menjadi pekerjaan rumah bagi Kejaksaan Agung (Kejagung), terutama dalam meyakinkan masyarakat bahwa kasus tersebut benar-benar merupakan persoalan hukum dan bukan politik.
“Catatan penting bagi Kejaksaan Agung bahwa masih banyak masyarakat yang melihat isu ini sebagai isu politik,” tambah Burhanuddin.
Sementara itu, Kejaksaan Agung menduduki peringkat ketiga dengan tingkat kepercayaan publik sebesar 81,2 persen. Burhanuddin menjelaskan bahwa angka ini merupakan yang tertinggi sejak lembaga tersebut melakukan survei pada tahun 1999. Biasanya, tingkat kepercayaan publik terhadap Kejaksaan Agung berada pada angka rata-rata 60 persen.
“Menurut kami, ini adalah kali pertama Kejaksaan Agung mendapatkan tingkat kepercayaan tertinggi dalam sejarah. Biasanya mereka berada di kisaran 60-an persen, namun selama setahun terakhir, mereka konsisten berada di peringkat ketiga. Namun, baru kali ini mereka mencapai angka 81,2 persen,” ungkap Burhanuddin.
Survei yang dilakukan oleh Indikator Politik Indonesia berlangsung pada tanggal 20 hingga 24 Juni 2023. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah multistage random sampling dengan jumlah sampel sebanyak 1.220 responden.
Sampel tersebut tersebar di seluruh provinsi secara proporsional. Dengan menggunakan metode simple random sampling, ukuran sampel 1.220 responden memiliki tingkat toleransi kesalahan atau margin of error sebesar 2,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Sumber: Pilar